Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Di akhir zaman, akan ada para dajjal pendusta, mereka datang kepada kalian dengan membawa hadits-hadits yang belum pernah kalian dengar dan belum pernah didengar pula oleh bapak-bapak kalian, maka jauhilah mereka, jangan sampai mereka menyesatkan atau menimpakan fitnah pada kalian.” (Shahih Muslim)
Dalam riwayat lain:
“Akan terjadi di akhir umatku kelak, orang-orang yang bercerita kepada kalian apa yang belum pernah kalian dengar dan belum pernah didengar pula oleh bapak-bapak kalian, maka hendaklah kalian menjauhi mereka.” (HR. Muslim)
Dalam hadits ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu disebutkan sabda Nabi, “Sesungguhnya, menjelang kiamat… Kesaksian palsu dan disembunyi-kannya kesaksian yang benar” (HR. Ahmad)
Ada sebuah riwayat yang menjelaskan bahwa di akhir zaman nanti manusia sudah tidak peduli lagi dengan cara mencari harta. Halal atau haram bukan lagi menjadi pertimbangan. Yang terpenting adalah bagaimana mereka bisa memperoleh harta dengan cepat, mudah, sedikit tenaga, namun berlimpah.
Nampaknya fenomena inilah yang sekarang banyak kita saksikan. Betapa banyak orang yang dengan mudah melakukan sumpah palsu dan rela menjadi saksi palsu karena godaan uang. Bukan hal yang asing jika tempat-tempat pengadilan telah menjadi pasar modern yang di dalamnya berlaku transaksi jual-beli suara. Benar dan salahnya seseorang bukan lagi diukur dengan perbuatan yang dilakukan, namun seberapa tebal kantong / dompetnya. Lembaga-lembaga bantuan hukum terkadang bukan lagi bertujuan untuk memberikan pertolongan terhadap orang yang didzalimi, melainkan justru untuk mengeruk keuntungan tanpa mempedulikan tinjauan syar’i atas kasus hukum yang dibelanya. Dalam hal ini, merampas hak orang lain bukan lagi menjadi pertimbangan.
Hadits di atas mengisyaratkan betapa kejujuran adalah sesuatu yang amat sangat langka. Sebaliknya, kebohongan merupakan hal yang lazim dalam seluruh aktivitas manusia. Mencari pekerjaan, menjual dan membeli barang, meminang atau melamar orang, bahkan dalam proses pendidikan yang berlangsung antara orangtua dan anak, kerapkali kita temui semuanya dipenuhi dengan kebohongan. Sikap jujur nampaknya telah menjadi makhluk langka yang sulit ditemui pada kebanyakan orang sehingga setiap kita sering merasa tidak aman, bahkan dengan orang terdekat sekalipun.
Hadits di atas juga mengisyaratkan banyaknya orang-orang yang berani mengeluarkan fatwa karena pesanan pihak tertentu. Untuk menyenangkan segelintir orang, tidak jarang dari mereka yang berani memproduk fatwa-fatwa sesat. Fenomena da’i-da’i karbitan yang diproduksi oleh para pemilik stasiun televisi dan pemilik media massa menjadi gambaran yang mudah dipahami; bagaimana para ustadz yang lahir dari rahim media ini sedemikian berani menjawab berbagai pertanyaan persoalan umat dengan dalil-dalil yang dipaksakan. Orang-orang yang tidak memiliki kapabilitas yang memadai itu terlalu berani untuk memikul resiko disebabkan fatwa-fatwa dan hadits-hadits aneh yang mereka bawakan dalam menjawab berbagai persoalan yang diajukan. Dan nampaknya inilah yang dikehendaki oleh para ‘kaki tangan DAJJAL’. Orang-orang jujur yang bersih dari tendensi dunia akan sulit untuk bisa mengakses media mereka untuk menyampaikan kebenaran kepada ummat. Sebaliknya, orang-orang yang dikenal nyeleneh dan menyimpang justru mendapatkan kesempatan dan porsi yang cukup untuk menjual ide-ide liberal mereka.
Wallahu A’lam bis Showab.