Beranda / Arsip Berita / KHAZANAH / Ada Hak Fakir Miskin Dalam Kepingan Harta Kita
Shafiyyatul.com

Ada Hak Fakir Miskin Dalam Kepingan Harta Kita

Secara tegas, Allah mengingatkan hamba-Nya agar menyeimbangkan urusan akherat dan urusan dunia. Amalan yang berkaitan dengan akherat bagus namun urusan dunia buruk, hasilnya kurang baik. Perkara dunia hebat luar biasa namun amalan akherat anjlok juga sangat tidak baik. Lebih-lebih perkara dunia jongkok, simpanan di akherat juga tidak punya; benar-benar merugi yang tiada ujungnya.

Allah berfirman dalam surat Al-Qashahs[28] ayat 77, yang artinya, “Dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia.”

Dalam tempat yang berbeda Allah juga berfirman, yang artinya, “Dan Kami jadikan waktu siang untuk mencari penghidupan.” (QS. An-Naba’ [78]: 11)

Menariknya, setelah Allah mengizinkan hamba-hambaNya mencari harta benda dunia, ada kewajiban lain yang harus ditunaikan setelahnya. Bahkan Allah masaih menyertakannya dalam ayat yang sama di surat Al-Qashash di atas:

وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ

“dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.”

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengingatkan, setelah kita mendapatkan harta dari usaha yang kita jalani, atau dari bisnis yang kita geluti, ternyata di dalamnya ada hak orang lain. Ada hak saudara-saudara kita yang kurang mampu dalam setiap keping harta yang kita peroleh. Jangan sampai rasa pelit dan eman-eman menjadi tembok penghalang yang ada di depan kita. Merasa memiliki harta itu secara utuh, karena telah bersusah payah hingga memeras keringat dalam mengumpulkannya.

Ayat itu tidak berhenti di situ. Allah mengingatkan hambanya yang merasa berat untuk menyisihkan hartanya dengan firman-Nya dalam kelanjutan ayat yang sama, “dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS Al-Qashash [28]: 77)

Dengan menahan hak orang lain, berarti tanpa kita sadari kita telah berbuat kerusakan di muka bumi ini. Merusak hubungan keharmonisan sesama makhluk sosial dan menyusupkan egoisme dalam diri. Tidak ada yang paling disesali oleh anak Adam menjelang kematiannya, melebihi penyesalan lantaran menahan harta yang dimiliki dari sedekah. Allah berfirman, yang artinya, “Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu, sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, ‘Ya Rabb-ku, mengapa Engkau tidak mengundur (kematian)ku barang sesaat? Sehingga aku dapat menunaikan sedekah dan aku termasuk orang-orang yang shalih?’.” (Al-Munafiqun [63]: 10)

Dan yang membuat bulu kuduk merinding, suatu saat kelak kita akan diberdirikan di hadapan Allah dan ditanyai tentang berbagai nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Untuk apa kita gunakan, dan ke mana kita alokasikan nikmat-nikmat tersebut. Adakah sebagiannya telah kita sisihkan untuk tetangga kita, baik tetangga dekat maupun tetangga jauh? Ataukah semuanya kita timbun karena takut miskin jika kita sedekahkan sebagiannya?

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

“Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu (akherat) tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia).” (QS. At-Takatsur [102]: 8)

Mari kita sisihkan sebagian harta yang kita miliki, semampu kita. Meski hanya seribu rupiah setiap harinya. Sebelum datang suatu hari, di mana harta yang kita tumpuk dan anak-anak yang kita banggakan tidak ada artinya lagi.

Baca Juga

Hikmah Surat Al-Anbiya 87-89: Kisah Nabi Yunus Alaihis Salam

ypsa.id – Kisah Nabi Yunus di Surat Albiya bisa menjadi pelajaran bagi manusia. Bahkan doa Nabi …