Latar belakang turunnya wahyu karena adanya kemerosotan moral. Nabi Muhammad terpilih untuk memperbaiki akhlak dan menyempurnakan kelakuan manusia tersebut.
Hal ini disampaikan Ustadz Latif Khan dalam acara peringatan Nuzul Qur’an di Masjid Shafiyyatul Amaliyyah, Minggu (11/6/17).
“Malam 17 bulan Ramadhan. Hari yang bersejarah dalam perjalanan kitab suci umat Islam, yaitu Alquran. Di hari inilah sebuah hal luar biasa 14 abad lebih yang lalu terjadi. Alquran diturunkan oleh Allah melalui Malaikat Jibril kepada nabi tercinta kita, Muhammad SAW. Dan, peristiwa ini ghalib disebut dengan Nuzulul Quran”, ungkap Latif Khan.
“Nuzulul Quran yang secara harfiah berarti turunnya Alquran adalah istilah yang merujuk kepada peristiwa penting mengenai penurunan wahyu Allah pertama kepada nabi dan rasul terakhir, yakni Nabi Muhammad SAW.
Wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad adalah surah al-Alaq ayat 1-5. Saat wahyu ini diturunkan, Nabi Muhammad sedang ber-tahannus (menyendiri) di Gua Hira. Ketika itu, tiba-tiba Malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu tersebut.
Tidak ada malam yang sangat istimewa dalam perjalanan Islam kecuali malam ini. Di malam inilah berkumpul kejadian-kejadian istimewa; sesuatu yang istimewa yang sangat diperlukan sebagai penuntun umat manusia turun, yaitu Alquran.
Terjadi pelantikan dan pengukuhan manusia paling istimewa sebagai pembawa risalah dan penjelas Alquran dan semua yang dikehendaki Allah Zat Penguasa kehidupan, yaitu Nabi Muhammad SAW, serta dibentangkan malam penentu keadaan yang ditaburi banyak kemuliaan yang satu malamnya bernilai lebih baik dari seribu bulan, yaitu malam Lailatul Qadar.
Turunnya Alquran tidak hanya sebuah penegasan atas kemuliaannya dan sekaligus yang menerimanya, yaitu Nabi Muhammad, tetapi juga harus diiringi semangat untuk kembali kepada Alquran dan sunah, mempelajari, menghayati, dan berazam mengamalkannya.
Antara Alquran dengan Nabi Muhammad adalah sesuatu yang tidak bisa dipisah. Bahkan, jika ingin mengetahui bagaimana Alquran dalam penerapan terbaik, jawabannya ada pada diri Nabi Muhammad.
Karena itu, Nuzulul Quran harusnya dimaknai sebagai upaya untuk kembali mempelajari Alquran dan semua sirah Nabi. Kehadiran Nabi adalah penjelas dan penerjemah paling benar terkait informasi-informasi Alquran”.