Menghadiri acara Seminar Literasi Nasional pada Sabtu, 4 November 2017 di Gedung Bina Graha Kantor Gubsu Medan yang di selenggarakan oleh Asosiasi Guru Bahasa Indonesia Nasional (AGBSI) bersama sastrawan ternama Agus R. Sarjono penyair nasional yang terkenal dengan puisinya yang berjudul “Sajak Palsu”. Serta Hasan Al Banna sastrawan asal Sumatera Utara yang namanya telah merambah ke kancah sastrawan tingkat nasional.
Dalam seminar menulis puisi Agus R. Sarjono mengungkapkan bahwa menulis puisi melibatkan banyak hal (pengalaman, kedalaman, kejujuran, kecerdasan, dan sedikit kegilaan). Ibarat seorang pemain musik yang menyimak bermacam jenis dari ribuan album maka akan memiliki kekayaan khasanah nada dan harmoni yang luas. Begitu juga dengan seorang penyair. Penyair yang baik memiliki ciri yang tetap, yakni jatuh cinta pada puisi. Tanpa jatuh cinta pada puisi maka menjadi penyair adalah mustahil.
Beliau juga mengungkapkan ada banyak musuh puisi, antara lain :
1. Dalam puisi keumuman alias serba umum harus dihindari
2. Propaganda dan reklame
3. Simplifikasi
4. Janda dan duda kata
5. Terlalu banyak nasehat
Satu hal yang beliau tekankan. Obat untuk orang yang tidak bisa menulis puisi hanya tiga:
1. Menulis
2. Menulis
3. Menulis
Sementara oleh-oleh yang disampaikan sastrawan handal asal Medan Hasan Al Banna yaitu cara termudah untuk menuangkan sebuah peristiwa ke dalam suatu tulisan adalah dengan menuliskan sesuatu yang umum-umum saja, yang renyah, yang keseharian,. Peristiwa-peristiwa biasa yang kita alami bisa kita tuangkan. Misalnya ketika bangun pagi, membaca koran, perjalanan ke skolah/kampus/kantor, dan lain sebagianya. Langkah awal kerja seorang penulis adalah menulis, bukan berpikir.
Menulis cerita adalah tentang keterampilan yang berdaya lentur tinggi, yang harus dilatih berulang-ulang, yang berpeluang mengalami perubahan-perubahan. Teori, catatan kreatif, atau panduan menulis tak lebih dari sekedar gerbang masuk, untuk kemudian kita akan menemukan sekaligus menentukan dunia kreatif yang luas, berwarni bahkan liar tetapi tetap demi kemaslahatan cerita yang berfaedah bagi manusia.
Demikianlah oleh-oleh sastrawan yang bisa saya bagikan untuk para golden generation. Semoga menjadi inspirasi untuk kita berkarya, berkarya dan terus berkarya.
Disciplined, Religious, and Smart.