Beranda / Ekonomi / Pembina YPSA Tandatangani Deklarasi Usulan Hari Sawit Indonesia
shafiyyatul.com

Pembina YPSA Tandatangani Deklarasi Usulan Hari Sawit Indonesia

Pembina YPSA Buya Sofyan Raz salah satu tokoh Masyarakat dan Pelaku Usaha Industri Kelapa Sawit Indonesia bersama Ketua Pembina Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia Soedjai Kartasasmita dan Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) Derom Bangun menandatangani berkas deklarasi Dewan Sawit Indonesia, disaksikan Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kementerian Pertanian RI, Bambang, M.M., dan perwakilan pelaku usaha kelapa sawit lainnya, di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, Sabtu (18/11/2017).

Deklarasi dilakukan DMSI bersama Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Asosiasi Petanian Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (Aprobi), Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (Maksi), Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (Aimmi), Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (Gimni), Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI), dan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).

Kegiatan tersebut dalam rangka mengusulkan Hari Sawit Indonesia yang diperingati setiap tanggal 18 November.

Dalam kesepakatan itu juga diharapkan pemerintah melalui Kementerian Pertanian RI dapat menerbitkan Surat Keputusan Penetapan “Hari Sawit Indonesia” sekaligus diusulkan perubahan nama Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menjadi Dewan Sawit Indonesia (DSI).

Disebutkan bahwa sawit di Indonesia telah melalui sejarah yang panjang dan sebelum 1922 disebutkan benih sawit pernah dibawa ke Sumatera Selatan. Adapun catatan paling awal mengenai introduksi kelapa sawit ke Indonesia (dahulu disebut Nederlandsch Indie atau Hindia Belanda) tercantum dalam Hunger (1977), Rutger et al, (1922) dan Hunger (1924) yang menyebutkan bahwa terdapat empat bibit kelapa sawit yang ditanam di Buitenzorg Botanical Garden (Kebun Raya Bogor) pada 1848. Dari empat bibit tersebut, dua bibit diintroduksi dari Bourbon atau Mauritius pada Februari 1848 oleh D.T Pryce, sementar dua bibit lainnya diintroduksi dari Amsterdam pada Maret 1848.

Rutger et al (1922) menduga bahwa bibit dari Amsterdam juga berasal dari lot yang sama dengan bibit yang berasal dari Bourbon. Laporan resmi pertama mengenai tanaman kelapa sawit yang diintroduksi oleh D.T Pryce di Bogor ditulis pada 23 Maret 1850 oleh J.E Teysmann, seorang pengawas pemerintahan (Intendant Gouvernements-hotel), yang isinya sebagai berikut: Elaeis guineensis dari Hortus Botanicus Amsterdam yang dibawa oleh D.T Pryce telah diterima. Palma ini merupakan tanaman yang menghasilkan minyak dan menjadi bahan dagang uatama di pesisir Guinea” (Hunger, 1924).

Pada 1875, benih kelapa sawit dari Kebun Raya Bogor ditanam di Distrik Deli Sumatera. Empat tahun kemudian pada 1879, J.Krol, Kepala Deli Maatschappij melaporkan ke Kebun Raya Bogor bahwa kelapa sawit yang ditanam di Distrik Deli tumbuh dengan sangat baik (Rutgers et al 1922).

Pada 1878, Direktur Kebun Raya Bogor merancang sebuah plot percobaan kelapa sawit seluas 1 acre (0,4 ha) di Economic Garden Bogor. Kelapa Sawit yang ditanam di Enonomic Garden Bogor ini diduga menjadi sumber kelapa sawit yang ditanam di perkebunan tembakau di Sumatera.

Menurut Rutger et al, (1922) perkebunan tembakau yang terletak dekat Medan (Tandjoeng Morawa Kiri Maatschappij – Hunger 1924) menggunakan tanaman kelapa sawit sebagai tanaman hias di pinggir – pinggir jalan menuju bungalow dan gedung pusat. Tanaman paling tua diketahui berada di St. Cyr Estate yang ditanam pada 1884 dan 1898, di Bekala Estate yang ditanam pada 1888 dan 1898, di Morawa Estate pada 1898 dan 1903, serta di perkebunan Meda, Polonia, Sei Sikambing dan Roterdam.

Awal Pengembangan Kelapa Sawit Komersial di Indonesia

Tonggak pengembangan kelapa sawit di Indonesia pada skala luas dan komersial dibangun oleh M. Adrien Hallet, seorang agronomis berkebangsaan Belgia.

Hunger (1924) mengisahkan, bersama Administratur Kebun Tembakau Tanjung Morawa Kiri, Hallet sepakat memanen buah dari pohon – pohon hias yang ditanam pada 1903 di sepanjang pinggir jalan. Hal ini menjadi awal dari dibangunnya pembibitan pertama pada 19 Juli 1911 di Sungai Liput dengan menanam sebanyak 50.000 biji kelapa sawit.

Hallet mendaftarkan konsesi Pulu Raja dengan modal 1,4 juta francs ke Societe des Huileries de Sumatera (atau perusahaan minyak Sumatra yang berlokasi di Brussel) pada 18 November 1911 (Hunger, 1924; Buelens & Frankema, 2015). Modal ini digunakan untuk pengembangan kelapa sawit skala besar di Sumatra. Pada waktu yang bersamaan, bibit muda kelapa sawit pertama ditanam di Sungai Liput, dan Pulu raja Pada November 1911 dan selesai pada Desember 1911.

Momen inilah yang diyakini sebagai tonggak pencanangan awal berdirinya kebun kelapa sawit komersial pertama di Indonesia, dan pada tanggal 18 November tersebut diusulkan sebagai Hari Sawit Indonesia. Hal ini sejalan dengan perayaan semarak 100 tahun Industri kelapa Sawit Indonesia yang telah berlangsung di Tiara Convention Center Medan pada 28 – 30 maret 2011.

Perkembangan Industri Sawit di Indonesia pada awal 1990-an cukup berfluktuasi yang dipengaruhi oleh perang dunia I, perdang dunia II, dan perang kemerdekaan. Pada 1968 investor asing seperti bank dunia dan Asian Development Bank mulai berkontribusi dalam pembangunan perkebunan dengan pembukaan areal kelapa sawit di luar wilayah tradisional.

Bank dunia juga membantu pengembangan perkebunan kelapa sawit rakyat melalui kebijakan olah perkebunan inti rakyat (PIR). Pembangunan perkebunan rakyat pertama dilakukan di Riau oleh PTP V dan PTP II di Sungai Rokan dan Tandun pada 1979. Selanjutnya pada 1980 dibangun Kebun Ophir di Sumatera Berat oleh PTPVI, dan pembangunan kebun Sungai Dekan di Kalimantan Barat oleh PTP VII pada 1981 (Lubis, 1992).

Hingga saat ini, perkembangan luasan dan industri kelapa sawit Indonesia yang cukup pesat membuat kita yakin bahwa tanaman kelapa sawit memang diciptakan untuk Indonesia. Dunia sudah melihat dan membuktikan kekuatan Industri komoditas ini. Dengan adanya Hari Sawit Indonesia ini semoga dapat lebih membuka mata dunia bahwa industri kelapa sawit Indonesia adalah yang terbesar saat ini.

Sumber :

GAPKI. 2014. Industri minyak sawit Indonesia menuju 100 tahun NKRI: Membangun kemandirian ekonomi, energi dan pangan secara berkelanjutan. 265 hal.

Hunger, FTW. 1924. De Oliepalm (Elaeis guineensis): Historisch onderzoek over den oliepalm in nederlandisch-indie. N.V.Boekhandel end Drukkerij voorheen E.J. Brilll. Leiden.

Rutgers, AAL, Blommendal, HN, Van Heurn, FC, Heusser, C, Mass, JGJA, and Yampolsky, C. 1922. Investigation on Oil Palm. Ruygro & Batavia, Co.

Adlin, Lubis U. 1992. Kelapa Sawit di Indonesia. Pusat Penelitian Perkebunan Marihat. Pematang Siantar

Baca Juga

ypsa.id

Tampilkan Keberagaman Budaya, Festival Unjuk Karya P5 SMP YPSA Berlangsung Meriah

YPSA.ID – SMP Shafiyyatul Amaliyyah melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) TP. 2024-2025 di …