Umar Bin Khaththab Ungkap Ada 4 Nikmat Dibalik Musibah

ypsa.id

Mengeluh saat menghadapi bencana adalah hal yang amat lumrah. Sebab itulah tabiat manusia; penuh keluh dan kesah. Maka Rasulullah mengabarkan pahala yang besar bagi siapa yang mampu mengeja sabar saat ditimpa musibah. Dan, derajatnya akan semakin tinggi ketika seseorang mampu mensyukuri cobaan yang dihadapinya.

Pasalnya, dalam setiap bencana, sebagaimana dijelaskan oleh ‘Umar bin Khaththab, ada empat nikmat Allah Ta’ala yang mengiringinya.

1. Bencana tidak menimpa agama

Jika hanya berupa kehilangan dunia-uang, pakaian, benda mewah, rumah, kendaraan, sawah, ladang, dan sebagainya, maka hal itu hanya berlaku bagi diri seorang hamba saja. Bahkan jika hanya itu yang terkena bencana, ia masih memiliki jiwa yang bisa digunakan untuk mengupayakan harta dan dunia yang pernah diberikan kepadanya itu.

Maka, bencana itu, sejatinya amat remeh. Sebab, seorang hamba masih memiliki agama Islam yang mulia, yang dengannya bisa mengantarkannya menjadi orang-orang terpilih dalam penilaian Allah Ta’ala.

2. Tidak lebih besar

Selalu ada alasan untuk mensyukuri, meskipun bencana yang terjadi. Jika misalnya kehilangan, pasti ada yang tersisa. Jika habis seluruhnya, sementara ia masih dikaruniai hidup, maka nyawanya jauh lebih berharga dari semua harta yang hilang itu.

Jika pun musibah atau bencana yang menimpa dirinya berupa kehilangan anggota tubuh, bisa jadi anggota keluarga lain terselamatkan karenanya. Pun, bencana itu tak lebih besar sebab selalu saja ada yang Allah Ta’ala sisakan.

Maka beruntunglah. Sebab, selalu ada alasan untuk berkata dan menghayati, “Untung saya masih hidup. Alhamdulillah, istri dan anak-anak selamat.” Dan kalimat-kalimat sejenis lainnya.

3. Tidak menutup limpahan ridha Allah

Mungkin, bencana besar menimpa perniagaan yang kita jalankan. Alhasil, sekian milyar hilang karenanya. Kemudian, ia pun harus menanggung hutang yang tak sedikit.

Tapi, jika musibah itu terjadi, namun semakin mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala, bersyukurlah. Sebab, kedekatan dengan Allah Ta’ala jauh lebih berharga dari dunia dan seisinya. Bisa jadi, musibah yang menimpa adalah teguran; sebab cara mendapatkannya salah, ada yang dizalimi, dan kemungkinan-kemungkinan lainnya yang amat banyak.

4. Dapat mengharap pahala Allah

Ada pahala yang agung bagi siapa saja yang sabar. Ada anugerah amat melimpah bagi siapa yang menerima bencana dan musibah dengan lapang dada. Maka, beratnya perasaan sakit tersebut adalah sarana untuk berharap pahala yang banyak.

Karenanya, berharaplah pahala tunai dari Allah Ta’ala. Pintalah balasan yang lebih baik dan agung dari apa yang telah diambil-Nya kembali. Sebab memang, awalnya kita tak memiliki apa pun saat ditugaskan di dunia ini.

Sumber: kisahikmah.com

Bagikan ke Media Sosial

Artikel Lainnya

Scroll to Top