Sikap Kepada Pemimpin

YPSA.ID – Tidak ada satupun perintah di dalam al-Qur’an dan Hadits melainkan akan mendatangkan kebaikan. Termasuk perintah untuk menunaikan hak-hak penguasa atau pemerintah di negeri-negeri kaum muslimin. Hak-hak penguasa tersebut adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh semua orang yang berada di bawah pemerintahannya agar tercapai kebaikan yang dikehendaki oleh Dzat yang Maha mengetahui segala sesuatu. Kewajiban-kewajiban tersebut adalah:

Menaati mereka kecuali dalam maksiat kepada Allah

Allah Ta’ala berfirman “Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan pemerintah kalian” (QS. An-Nisa: 59)

Nabi Muhammad SAW bersabda “Siapa yang taat kepadaku, dia telah taat kepada Allah dan siapa yang menyelisihiku, dia telah menyelisihi Allah. Dan siapa yang taat kepada pemerintah, dia telah taat kepadaku, dan siapa yang menyelisihi pemerintah dia telah menyelisihiku” (HR. Muslim, No. 1835).

Beliau Nabi Muhammad SAW juga bersabda  إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ
“Sesungguhnya ketaatan itu hanya pada hal yang baik” (HR. Bukhari No. 7257).

Menasehati mereka jika terjatuh pada hal yang tidak diridhai Allah

Nabi Muhammad SAW bersabda: إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا: … وَأَنْ تُنَاصِحُوْا مَنْ وَلاَّهُ اللهُ أَمْرَكُمْ
“Sesungguhnya Allah meridhai tiga hal yang kalian lakukan -salah satunya adalah- senantiasa menasehati siapapun yang Allah berikan kekuasaan atas urusan kalian (termasuk pemerintah)” (HR. Ahmad No. 8799).

Dan hendaknya nasehat tersebut tidak dilakukan terang-terangan di depan umum, namun tersembunyi tidak ada yang mengetahuinya kecuali dia dan yang dinasehati, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِي سُلْطَانٍ فَلَا يُبْدِهِ عَلَانِيَةً، وَلَكِنْ يَأْخُذُ بِيَدِهِ فَيَخْلُوا بِهِ، فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ، وَإِلَّا كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ

“Siapa yang ingin menasehati pemerintah hendaknya ia jangan menampakkannya terang-terangan, akan tetapi hendaknya ia memegang tangannya dan berdua dengannya, apabila nasehatnya diterima maka itulah yang diinginkan, dan jika tidak, dia telah melakukan kewajibannya” (HR.Ahmad No. 15369).

Mendoakan kebaikan untuk mereka

Para ulama terdahulu seperti Imam Ahmad dan Ibnu Taimiyyah berkata “Seandainya aku memiliki doa yang pasti terkabul, aku akan gunakan untuk mendoakan pemerintah” (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyyah 28/392).

Imam al-Barbahariy mengatakan “Jika engkau melihat seseorang mendoakan keburukan untuk pemerintah maka ketahuilah bahwa dia adalah pengikut hawa nafsu, dan apabila engkau melihat seseorang mendoakan pemerintah agar mendapatkan kebaikan maka ketahuilah bahwa dia adalah pengikut Sunnah insya Allah” (Syarhu al-Sunnah li al-Barbahary, 113).

Fudhail ibn ‘Iyadh pernah diminta menjelaskan mengapa jika ia memiliki satu doa yang pasti terkabul ia akan memperuntukkannya buat pemerintah, beliau menjawab

“Jika aku memperuntukkannya untuk diriku, yang akan mendapatkan manfaatnya hanya diriku. Dan jika aku memperuntukkannya untuk pemerintah, mereka akan baik, dan dengan baiknya mereka rakyat dan negeri akan ikut baik. Oleh karena itu kita diperintahkan untuk mendoakan kebaikan untuk pemerintah, dan tidak diperintahkan untuk mendoakan keburukan untuk mereka meskipun mereka berbuat zalim, karena kezaliman dan kejahatan mereka hanya mereka yang akan merasakan balasannya, sedangkan kebaikan mereka untuk mereka dan kaum muslimin” (Syarhu al-Sunnah li al-Barbahary, 114).

Bersabar atas keburukan yang mereka lakukan

Nabi Muhammad SAW bersabda

يَكُونُ بَعْدِي أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهُدَايَ، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَيَقُومُ فِيهِمْ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي جُثْمَانِ إِنْسٍ ، قَالَ: قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ يَا رَسُولَ اللهِ، إِنْ أَدْرَكْتُ ذَلِكَ؟ قَالَ: تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ، وَإِنْ ضُرِبَ ظَهْرُكَ، وَأُخِذَ مَالُكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ

“Akan ada setelahku para pemimpin yang tidak mengamalkan petunjuk dan sunnahku, dan di antara mereka ada orang-orang yang hati mereka adalah hati setan yang berada dalam jasad manusia. Aku (Hudzaifah ibn al-Yaman) berkata: “Apa yang harus aku lakukan wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jika aku mendapati keadaan tersebut?,” beliau menjawab: “Engkau harus mendengar dan menaati pemerintah. Meskipun punggungmu dipukul, hartamu diambil engkau tetap harus mendengar dan menaati” (HR. Muslim No 1847).

Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa Salamah ibn Yazid al-Ju’fiy bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apabila datang kepada kami para pemimpin yang hanya meminta hak mereka dan tidak memberikan kami hak kami, apa yang engkau perintahkan? Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling, ia bertanya lagi untuk kedua atau ketiga kalinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpaling lagi, lalu al-Ats’ats ibn Qays menariknya dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

اسْمَعُوا وَأَطِيعُوا، فَإِنَّمَا عَلَيْهِمْ مَا حُمِّلُوا، وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ

“Dengarlah dan taati mereka, karena mereka wajib melakukan kewajiban mereka, dan kalian wajib melakukan kewajiban kalian” (HR. Muslim No. 1846).

Artinya Allah telah mewajibkan mereka untuk bersikap adil terhadap yang dipimpin, jika mereka tidak melakukannya mereka yang berdosa, dan Allah telah mewajibkan yang dipimpin (rakyat) untuk taat kepada mereka, jika yang dipimpin tidak taat mereka yang berdosa. Atau dengan kata lain, kalian harus menunaikan hak mereka meskipun mereka tidak menunaikan hak kalian.

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

إِنَّكُمْ سَتَرَوْنَ بَعْدِي أَثَرَةً وَأُمُورًا تُنْكِرُونَهَا» قَالُوا: فَمَا تَأْمُرُنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: «أَدُّوا إِلَيْهِمْ حَقَّهُمْ وَسَلُوا اللَّهَ الَّذِي لَكُمْ

“Sesungguhnya kalian akan melihat setelahku sikap egoisme (mementingkan diri sendiri) dan perkara-perkara lain yang kalian ingkari” mereka berkata: Apa yang engkau perintahkan wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Beliau bersabda: “tunaikan hak mereka dan mintalah apa yang menjadi hak kalian kepada Allah” (H.R Bukhari No 7052).

Kesimpulannya, satu-satunya Dzat yang bisa mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan untuk kehidupan kita adalah Allah, Sang Pencipta yang Maha Tahu segala sesuatu lagi Maha Bijaksana. Kebaikan dan kebahagiaan tersebut tidak akan diberikan melainkan dengan melakukan apa yang Ia perintahkan dan menjauhi apa yang Ia larang, di antara yang diperintahkan adalah taat kepada Pemerintah dalam kebaikan semata, mendoakan kebaikan untuk mereka, senantiasa menasehati mereka agar tidak terjatuh ke jurang kedzaliman dan tidak menunaikan apa yang menjadi hak kita, kita harus bersabar dan meminta hak kita kepada Allah.

(*)

Bagikan ke Media Sosial

Artikel Lainnya

Scroll to Top