Belum Zamannya

YPSA.ID – Di dalam Al-Quran ada beberapa pertanyaan para sahabat kepada Nabi saw yang tidak di jawab tapi malah dialihkan ke hal-hal yang lain. Seolah-olah Al-Quran enggan membicarakan masalah itu, entah kenapa sebabnya.

Salah satunya ketika para sahabat bertanya tentang fenomena hilal atau bulan sabit, kenapa bulan itu di dalam pandangan kita bentuknya setiap hari selalu berubah.

Benda yang mengambang di angkasa itu kadang seperti sebilah sabit yang tipis memanjang dan melengkung, biasanya di awal dan di akhir bulan. Kadang juga berbentuk bulat bundar lingkaran penuh bercahaya terang sekali menerangi malam.

يَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الْاَهِلَّةِ ۗ قُلْ هِيَ مَوَاقِيْتُ لِلنَّاسِ وَالْحَجِّ ۗ

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang bulan sabit. Katakanlah, itu adalah (tanda-tanda) waktu bagi manusia dan (ibadah) haji“, (QS: Al-Baqarah: 189).

Pertanyaan para sahabat namapaknya pertanyaan di bidang astronomi terkait penjelasan bentuk bulan yang beruba-ubah, namun sama sekali Al-Quran tidak pernah menjelaskan hal-hal yang ilmiyah itu.

Apa sulitnya bagi Allah swt untuk menjelaskan di dalam Al-Quran bahwa bentuk bulan itu sebenarnya tidak pernah berubah.

Kenapa Al-Quran tidak terus terang saja menjelaskan kenapa dari bumi kita ini bulan nampak seperti berubah bentuk setiap hari?

Kenapa Al-Quran tidak berbagi ilmu sains bahwa sebenarnya yang berubah itu hanya kesan yang nampak dimata kita saja.

Padahal permukaan bulan yang berbentuk bola itulah yang membuat sebagian permukaan yang menghadap ke matahari akan nampak menyala terang.

Sebaliknya permukaan yang tidak terkena sinar matahari (darkside) hanya gelap saja, bahkan seolah-olah menghilang di angkasa.

Tanpa teleskop kita akan mengira bulan itu telah mengalami perubahan bentuk menjadi bola dan kadang menjadi setengah, bahkan berubah lagi menjadi seperti sebilah sabit.

***

Umat manusia seperti dibiarkan saja dalam keawamannya dan kitab suci Al-Quran alih-alih menjelaskan, justru malah mengalihkan pertanyaan.

Jawaban pertanyaan para sahabat itu malah dipindahkan topiknya menjadi bahwa hilal atau bulan sabit itu untuk menentukan tanggal dan waktu, seperti untuk menentukan awal Ramadhan untuk ibadah puasa.

Selain itu fungsi bulan sabit juga menentukan awal bulan syawal untuk ber Idul Fitri dan juga menentukan awal bulan Dzulhijjah untuk ibadah haji.

Al-Quran tidak pernah menjelaskan bahwa sesungguhnya bulan adalah satelit alami yang berbentuk sebuah bola raksasa yang berjarak 380.000 km dari planet bumi.

Sama sekali Al-Quran tidak menjelaskan bahwa bulan tidak jatuh ke bumi karena jaraknya yang sedemikian jauh dari bumi, meski tetap tidak bisa  kemana-mana juga.

Gravitasi bumi membuat posisi bulan selalu berotasi pada porosnya sekaligus juga berevolusi mengelilingi bumi dalam hitungan satu bulan dalam sekali putaran.

Lalu bulan sendiri pun juga punya gravitasi juga meski tidak sebesar gravitasi bumi, namun tetap saja gravitasi bulan terbilang cukup besar pengaruhnya di bumi meski kita kurang banyak menyadari.

Kenapa ada pasang naik dan pasang surut pada air laut, ternyata secara sains terbukti bahwa semua itu sangat dipengaruhi oleh gravitasi bulan.

***

Semua pertanyaan para sahabat di atas tidak dijawab oleh Al-Quran seolah dibiarkan menjadi misteri alam semesta, dan tidak pernah ada jawaban lewat wahyu samawi sampai akhirnya di masa modern sekian abad kemudian kita sendiri umat manusia menemukan jawabannya.

Jawaban itu kita temukan setelah kita bisa mengamati palai teleskop canggih sehingga untuk pertama kalinya kita bisa melihat sisi gelap bulan (darkside). Ternyata bulan itu berbentuk bola tidak pernah berubah menjadi sabit.

Yang berubah itu hanya bayangan dan kesan yang nampak dimata kita yang jauh di bumi dan dari permukaan bulan pun bumi ini bisa menjadi bumi sabit juga.

***

Saya tidak tahu kenapa Al-Quran seolah diam seribu bahasa tidak mau menjelaskan fenomena astronomi yang sederhana itu kepada masyarakat yang hidup di abad keenam masehi.

Dugaan saya sementara ini, nampaknya jawaban seilmiyah itu belum siap diterima oleh peradaban sekuno itu dan kalau bukan zamannya pasti tidak akan ada manfaatnya informasi sepenting itu diberikan.

Boleh jadi mereka malah mengingkari kebenaran sains ilmiyah, bukankah ratusan tahun kemudian ketika Galieo Galilei menggagas teori helisentris (matahari jadi pusat edar planet lain termasuk bumi) kepada khalayak, justru dia di hukum  oleh otoritas agama.

Padahal Galilio tidak bawa-bawa ayat, yang dia kemukakan adalah fakta ilmiyah yang bisa dibuktikan secara nyata. Siapa saja bisa membuktikan secara saintifik.

***

Menurut hemat saya, nampaknya Al-Quran tidak meladeni pertanyaan para sahabat, sepertinya untuk menghindari perdebatan ilmiyah berikutnya yang akan timbul.

Sebab rahasia alam semesta kalau terkuak, banyak bikin orang tidak percaya. Peradaban mereka terlalu kuno untuk bisa memahami ilmu astronomi semaju itu.

Nampaknya Al-Quran seperti membiarkan saja suatu peradaban tumbuh secara alami. Al-Quran tidak mau membocorkan berbagai kemajuan teknologi kepada umat manusia, bila memang belum zamannya.

Maka fenomena yang belum zamannya seperti penemuan mesin uap, pesawat terbang, energi nuklir, energi listrik dan internet sama sekali tidak pernah disinggung dalam Al-Quran.

Bukan berarti Al-Quran kurang canggih karena tidak memberi informasi ilmiyah terkait sains, justru karena Al-Quran itu tidak ingin merusak lini sejarah.

Kalau lini sejarah dirusak, nanti muncul paradoks. Terus muncul multiple universe. Terus nanti diri kita ada dibeberapa universe yang berbeda.

Puyengkan?

(Ustadz Ahmad Sarwat, Lc.,MA)

Bagikan ke Media Sosial

Artikel Lainnya

Scroll to Top