Ust M Syukri Albani Nasution: Derajat Nilai Surat Ad-Dhuha

YPSA.ID – Kegiatan program ULAMA dan UMARA BERBICARA kali ini bersama narasumber Ust. Dr. H. M. Syukri Albani Nasution, M.A.  Sekretaris Umum MUI Kota Medan, yang disiarkan secara langsung dari YPSA pada Sabtu, (23/7/2022) di kanal Youtube YPSA TV. Beliau menyampaikan derajat nilai surat Ad-Dhuha

Dalam tausyiah yang disampaikan, beliau menyampaikan Allah bersumpah atas nama waktu Dhuha itu,  وَالضُّحٰىۙdemi waktu dhuha“. Dhuha itu kalau mau dibaca produktif, kenapa Allah bersumpah demi waktu yang produktif karena memang manusia waktu produktifnya pun tidak boleh lekang dari hajat Allah swt, kemudian dikatakan tidak sempurna pekerjaan aktifitas kerja kita setiap hari kalau tidak diiringi dengan dhuha.

Kemudian pada ayat kedua وَالَّيْلِ اِذَا سَجٰىۙ dan demi waktu malam apabila telah sunyi” boleh sunyi tapi jangan kesunyian. Satu hal yang harus kita kuatkan, malam itu kegembiraan bagi orang mukmin untuk bertahajjud kepada Allah swt

Dilanjutkan ayat selanjutnya مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ  “Tuhanmu (Nabi Muhammad) tidak meninggalkan dan tidak (pula) membencimu” Allah sebut seperti ini karena banyak orang ketika seseorang itu merasa kesunyian kemudian Allah meninggalkan dirinya, tentu tidak seperti itu, Allah tidak pernah meninggalkan makhluknya karena disitu ada karunia Allah swt.

Waktu produktif ataupun tidak produktif manusia tidak boleh mengalpakan atau melupakan Allah swt.

Ayat ke empatnya وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ “Sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia)” dalam Al-Quran Allah menyebut itu dalam narasi yang berulang-ulang yaitu akhirat itu jauh lebih baik dari pada yang permulaan yaitu dunia. Manusia tidak mampu melihat itu semua, apa paedahnya sholat dhuha kalau berbicara dunia tidak ada paedahnya.

“Bagi orang-orang yang beriman sholat tahajjud itu menggembirakan dan menenangkan hatinya tapi itu tidak ada teorinya. Kalau cerita dunia tidak ada paedahnya maksudnya tidak akan pernah terjadi setelah selesai shalat dhuha kemudian jatuh dari langit segepok uang”, lanjut ust Syukri.

Jadi bagi orang beriman shalat  dhuha dan tahajjud itu merupakan keyakinan seseorang kepada  Allah swt, tauhidnya kepada Tuhannya.

Ayat selanjutnya وَلَسَوْفَ يُعْطِيْكَ رَبُّكَ فَتَرْضٰىۗ “Sungguh, kelak (di akhirat nanti) Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu sehingga engkau ridha” salah satu indikasi orang yang dhuha adalah dia merasa puas apa yang telah diberikan Allah kepadanya.

Ayat selanjutnya اَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيْمًا فَاٰوٰىۖ Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungi(-mu)” Allah mengatakan ya Muhammad tenang yang melindungimu itu Allah swt, ekspektasinya adalah melindungi dan memelihara anak yatim itu mulia disisi Allah swt

Kemudian ayat berikutnya وَوَجَدَكَ ضَاۤلًّا فَهَدٰىۖ dan mendapatimu sebagai seorang yang tidak tahu (tentang syariat), lalu Dia memberimu petunjuk (wahyu)” kita dituntut untuk belajar menuntut ilmu agar tidak menjadi orang yang sesat.

Kemudian ayat selanjutnya وَوَجَدَكَ عَاۤىِٕلًا فَاَغْنٰىۗ “dan mendapatimu sebagai seorang yang fakir, lalu Dia memberimu kecukupan?” orang yang selalu merasa kekurangan tetapi yang mencukupkan itu Allah swt, Allah maha kaya. Cara Allah mencukupi seseorang yang merasa kekurangan itu adalah dengan dia selalu merasa cukup dengan apa yang ada padanya.

Salah satu ciri-ciri yang barokah itu adalah diberi Allah terus bermanfaat sesuatu yang bagi orang sudah dianggap tidak bermanfaat, tetapi berkah itu bisa bermanfaat bagi orang lain.

Ayat selanjutnya فَاَمَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْۗ “Terhadap anak yatim, janganlah engkau berlaku sewenang-wenang” jangan sewenang-wenang dengan anak yatim maksdunya adalah tidak mencukupkan haknya.

Ayat berikutnya وَاَمَّا السَّاۤىِٕلَ فَلَا تَنْهَرْ “Terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik” tidak boleh menghina kepada orang yang meminta-minta kepadamu, apalagi orang tua yang bergantung hidup dengan anaknya, walaupun dia yang memberi makan orang tuanya tetap saja tidak boleh menyakiti hatinya.

Ayat yang terakhir ekspektasinya adalah وَاَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ “Terhadap nikmat Tuhanmu, nyatakanlah (dengan bersyukur)” selalu bersyukur selalu terhadap nikmat yang Allah berikan kepada kita dan selalu membaginya kepada orang lain.

Beliau juga mengatakan janganlah seseorang itu mengukur dirinya dengan orang lain tetapi nikmatilah hidupmu dan selalu bersyukur kepada Allah swt.

Program Ulama dan Umara Berbicara ini merupakan program rutin yang dilaksanakan setiap hari Sabtu oleh YPSA melalui kanal Youtube YPSA TV sebagai bagian dari komitmen YPSA untuk menyiarkan program-program yang bermanfaat. Untuk dapat melihat seluruh seri program Ulama dan Umara Berbicara silakan subscribe di kanal Youtube YPSA TV.

(*)

Bagikan ke Media Sosial

Artikel Lainnya

Scroll to Top