YPSA.ID – Lelaki gagah itu mengayunkan pedangnya menebas tubuh demi tubuh pasukan Romawi, ia dahulunya termasuk dari Tabi’in (270 H) yang hafal Al-Quran. Namanya adalah sebaik-baik nama ‘Abdah bin ‘Abdurrahim, keimanannya tidak diragukan.
Adakah bandingannya di dunia ini seorang mujahid dan hafal Al-Quran terkenal akan keilmuannya, kezuhudannya, ibadahnya, puasa daudnya serta ketaqwaan dan keimanannya?
Namun tak disangka akhir hanyatnya mati dalam kemurtadan dan hilang semua isi Al-Quran dalam hafalannya melainkan dua ayat saja yang tersisa. Apakah penyebabya dan dua ayat Al-Quran apa yang tersisa?
Pedangnya masih berkilat-kilat memantul cahaya matahari yang panas di tengah padang pasir yang gersang. Masih segar berlumur darah orang Romawi, ia hantarkan orang Romawi itu ke neraka dengan pedangnya.
Tak disangka pula nantinya dirinya pun dihantarkan ke neraka oleh seorang wanita Romawi tidak dengan pedang melainkan dengan asmara.
Kaum muslimin sedang mengepung kampung Romawi, tiba-tiba mata ‘Abdah bin ‘Abdurrahim tertuju kepada seorang wanita Romawi di dalam benteng. Kecantikan dan pesona wanita pirang itu begitu dahsyat mengobrak-abrik hatinya. Dia lupa bahwa tak seorang pun dijamin tidak lolos su’ul khotimah (kematian yang buruk).
Tak tahan dengan kecantikan wanita Romawi itu, ia pun mengirimkan surat cinta kepada wanita itu. Yang isinya kurang lebih “Adinda bagaimana caranya agar aku bisa sampai ke pangkuanmu?”
Wanita Romawi itu menjawab “kakanda, masuklah agama Nashrani maka aku jadi milikmu”.
Syahwat telah memenuhi relung hati ‘Abdah sampai-sampai ia menjadi lupa beriman, tuli peringatan dan buta Al-Quran, hatinya terbangun tembok anti hidayah.
Pesona wanita itu telah mampu mengubur imannya di dasar samudra, demi tubuh cantik nan fana itu ia rela meninggalkan Islam murtad.
Menikalah ‘Abdah dengan wanita Romawi itu di dalam benteng. Kaum muslimin yang menyaksikan ini sangat terguncang, bagaimana mungkin? bagaimana bisa seorang hafiz Al-Quran yang hatinya dipenuhi dengan Al-Quran meninggalkan Allah dan menjadi hamba salib?
Ketika dibujuk untuk bertaubat ia tak bisa. Ketika ditanyakan kepadanya dimana Al-Quran mu yang dulu?
Ia menjawab “aku telah lupa semua isi Al-Quran kecuali 2 ayat saja yaitu”
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْ كَا نُوْا مُسْلِمِيْنَ
“Orang kafir itu kadang-kadang (nanti di akhirat) menginginkan, sekiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang muslim”, (QS. Al-Hijr[15]: 2).
ذَرْهُمْ يَأْكُلُوْا وَيَتَمَتَّعُوْا وَيُلْهِهِمُ الْاَ مَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُوْنَ
“Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong) mereka, kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatannya)”, (QS. Al-Hijr[15]: 3).
Seolah ayat ini adalah hujjah untuk dirinya, kutukan sekaligus peringatan Allah yang terakhir namun tak digubrisnya dan ia bahagia hidup berlimpah harta dan keturunan bersama kaum Nashrani. Dalam keadaan seperti itulah dia sampai mati. Mati dalam keadaan murtad.
“tidaklah aku tinggalkan setelah fitnah yang maha dahsyat bahayanya bagi lelaki kecuali fitnah wanita”, (Muttafaq ‘alaih).
[DR. Hamid Ath Thahir dari buku “di bawah Kilatan Pedang” 101 kisah Heroik Mujahidin]
*