YPSA.ID – Belakangan ini, istilah law of attraction banyak berseliweran di timeline media sosial TikTok. Secara umum, law of attraction adalah sebuah konsep mengenai hukum ketertarikkan antara pikiran dan alam semesta. Law of attraction dapat menjadi salah satu gagasan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Konsep law attraction telah ada sejak abad ke-19 dan makin dikenal setelah perilisan film dokumenter berjudul The Secret pada 2006 silam. Law attraction menekankan kekuatan pikiran yang berdampak pada perubahan hidup. Meskipun tidak tampak secara kasat mata tetapi keberadaan law of attracton benar terjadi di kehidupan.
Law of attraction memandang bahwa manusia bekerja seperti magnet atau disebut sebagai hukum tarik menarik. Artinya, manusia akan selalu tarik menarik dengan segala hal yang terjadi kepada diri sendiri. Dalam hal ini, kekuatan pikiran menjadi kunci utama karena perannya sangat powerful. Konsep ini menakankan bahwa diri sendiri sebagai pembuatan realitas kehidupan yang terjadi.
Melansir bdiyogyakarta.kemenperin.go.id, hukum tarik menarik memandang bahwa ketika membayangkan pikiran-pikiran, maka pikiran-pikiran itu dikirim ke Semesta. Secara magnetis, pikiran-pikiran tersebut akan menarik semua hal yang serupa, lalu dikembalikan pada sumbernya, yaitu diri sendiri. Oleh sebab itu, konsep ini cenderung menjaga pikiran dari segala hal yang berbau negatif.
Tubuh yang dipenuhi oleh pikiran-pikiran negatif, seperti kecewa, gagal, marah, frustasi, ragu, dan merasa kekurangan maka gelombang pikiran itu akan memantulkan ke semesta. Hal itu menyebabkan semesta menarik pikiran-pikiran negatif tersebut dan mengirimkannya balik dengan kekuatan penih kepada sumbernya, yaitu diri sendiri. Pikiran-pikiran negatif seperti ini membawa tubuh ke lorong gelap tak berujung. Akibatnya, pemikiran seperti ini membuat kehidupan menjadi sia-sia.
Meskipun konsep law of attraction mungkin bukan solusi langsung untuk semua tantangan hidup, tetapi hukum ini dapat membantu diri untuk belajar memupuk pandangan hidup yang lebih optimistis. Dengan demikian, pikiran akan terus termotivasi untuk bekerja mencapai tujuan hidup.
* NAOMY A. NUGRAHENI