YPSA.ID – Dari Umar radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Amal itu tergantung niatnya, dan seseorang hanya mendapatkan sesuai niatnya”, (HR. Bukhari, Muslim, dan empat imam Ahli Hadits).
Niat adalah sebuah potensi yang dapat menggerakkan dan mewujudkan apapun yang kita inginkan, entah itu adalah kebaikan, kesuksesan dunia akhirat, cita-cita mulia, kekayaan yang berkah, hubungan yang harmonis, kedamaian bahkan kesehatan. Segala sesuatu tergerak dari niat. Dengan kuatnya niat akan menggerakan pikiran dan tindakan ke arah tujuan yang kita inginkan. Ada 3 cara membentuk kekuatan niat yaitu
1. Diyakini dalam hati.
2. Diucapkan dengan lisan
3. Dilakukan dengan amal perbuatan.
Setiap orang mempunyai niat untuk berubah menjadi lebih baik dan taat kepada tuhan-Nya. tapi sanyangnya sandaran niat setiap orang itu selalu berbeda.
Penyandaran niat sangat penting untuk kita tanamkan dari hati yang paling dalam untuk mencapai apa yang kita inginkan dengan menyandarkannya hanya kepada Allah SWT. Karena dengan demikian kita akan mendapatkan hasil di dunia dan juga di akhirat.
Niat merupakan suatu permulaan yang penting. Orang yang melakukan amal baik sekalipun, jika niatnya bukan karena Allah SWT. maka amalan itu hanya bernilai dimata manusia, tetapi tidak bernilai sama sekali disisi Allah swt.
Niat menjadi sebuah awalan dari seluruh perbuatan yang dilakukan oleh manusia dalam setiap aktivitasnya. Jika dari pertama sebelum memulai, berniat karena Allah, maka hasil yang akan didapatkan akan baik dan diridhoi Allah pula, begitu pula hal sebaliknya.
Perubahan hanya dapat terjadi jika terdapat kekuatan yang cukup besar untuk mulai menggerakkan roda perubahan. Kekuatan disini adalah kekuatan niat karena Allah.
Niat adalah komitmen untuk menetapkan jalur yang akan dijalani sebelum mulai meletakan langkah pertama pada jalur tersebut. Kekuatan tersebut sangat besar, karena itu tingkatkan kualitas niat yang kita miliki hanya untuk mencari keridhoan Allah SWT.
Rasulullah SAW pernah menceritakan kisah 3 orang pahlawan yang masing-masing disebut sebagai mujahid (orang yang berjuang dijalan Allah), qari’ ( orang yang rajin dan pandai membaca al-Qur’an, dan dermawan ( orang yang suka membantu orng lain).
Amal mereka sangat hebat, sehingga dikenal dengan amal yang istimewa itu. Ketika 3 orang ini dibangkitkan pada hari akhirat dan ditanya dihadapan Allah SWT. mereka mengaku semua amalan yang telah mereka lakukan di dunia karena Allah.
Tetapi Allah mengetahui rahasia hati dan niat mereka, mereka melakukan itu semua karena hanya ingin dipuji oleh manusia. Maka amal perbuatan mereka ditolak dan mereka dimasukkan kedalam nereka, (HR.Muslim).
Jika awalnya tidak baik (niat), ,maka akhirnya pun tidak akan baik ( akhirat). Mulailah semua perbuatan itu dengan niat karena Allah SWT. mungkin hal itu kecil bagi kita, tapi nilainya besar disisi Allah SWT.
Ia memberi nilai dari sebuah perbuatan yang dilakukan. Beberapa orang bisa saja melakukan perbuatan yang sama, tetapi nilainya berbeda di sisi Allah SWT. dikarenakan niat mereka yang tidak sama.
Abdullah bin al-Mubarak pernah berkata, “ amal perbuatan yang kecil bisa jadi besar disebabkan niat dan begitulah sebaliknya.
Oleh karena itu, periksalah niat setiap saat dari waktu kewaktu, pastikan ia menjadi sebuah permulaan yang mengandung nilai yang besar, tidak hanya disisi manusia tapi juga disisi Allah SWT. Sekarang tanyalah diri kita masing-masing sebelum memulai pekerjaan, apa niat kita yang sebenarnya?
Apakah niat kita karena Allah atau karena hal lain? Niat karena Allah itu akan mengikat setiap pekerjaan dan dapat memberikan nilai padanya. Jangan sampai kita lelah bekerja, namun semuanya sia-sia atau tidak ada nilainya di sisi Allah SWT. sebagaimana yang tersirat dalam hadis nabi SAW
“Sesungguhnya engkau tidak berinfak dengan infak untuk mencari keridhoan Allah swt (niat karena Allah) melainkan engkau diberi pahala karenanya, walaupun sekedar sesuap nasi yang engkau suapkan kemulut istrimu, (HR.Bukhori).
Niat karena Allah bukan hanya mendatangkan nilai kepada perbuatan, tetapi juga dalam mewujudkan dorongan atau motivasi dalam suatu pekerjaan. Jika niat karena Allah SWT pasti kita akan ikhlas dan semangat dalam melakukannya.
Niatkanlah setiap pekerjaan kita semata-mata karena Allah SWT. kita mungkin tidak sempat merasa hasilnya di dunia, tapi kita pasti menerimanya diakhirat kelak.
Begitulah pentingnya niat. Oleh sebab itu, orang –orang sholeh bukan hanya berniat dalam perkara-perkara wajib dan sunnat, bahkan dalam perkara yang harus sekalipun seperti makan, minum, berolahraga dan lain sebagainya.
Orang yang mempunyai niat karena Allah, Allah akan memudahkannya untuk mendapatkan apa yang ia niatkan. Jika diberi amanah pekerjaan, maka berniatlah karena allah dalam menjalankan pekerjaan itu. Jika diberi peluang menuntut ilmu di sekolah dan univesitas berniatlah karena Allah.
Sekarang ini sangat banyak mereka yang bekerja hanya untuk menumpuk harta dan mereka yang belajar hanya untuk mendapatkan pekerjaan, Padahal semua itu dapat kita raih karena izin Allah swt, maka pantaskah kita menafikan Allah dalam setiap kegiatan yang kita lakukan? sama sekali tidak. Oleh karena itu lakukanlah dengan niat karena Allah swt.
“Niat itu seperti surat, bila salah alamat maka akan salah tempat”.
Meluruskan niat menjadi dasar untuk memulai menjadi pribadi yang bermanfaat, hijrah dari pribadi yang buruk menjadi pribadi yang baik.
Niatkan bermanfaat karena Allah, maka jalannya pun akan dibukakan, dan kebaikan-kebaikan akan datang mendekat, jika kebaikan telah menyertai, kita pun akan mudah menyebarkan kebaikan itu kepada yang lain. Hanya bermula dari niat yang baik, bisa menjadi bermanfaat.
Apalagi jika melakukan perbuatan yang baik, tentu bermanfaat bagi banyak orang serta membuat orang lain melakukan hal demikian pula.
Seperti dalam pesan teladan abadi kita Rasulullah saw, bahwa Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla menulis semua kebaikan dan keburukan.
Barangsiapa berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia tidak melakukannya, Allah Azza wa Jalla menulis di sisi-Nya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia melakukannya, Allah menulis pahala sepuluh kebaikan sampai 700 kali, sampai berkali lipat banyaknya.
Barangsiapa berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia tidak melakukannya, Allah Azza wa Jalla menulis di sisi-Nya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia melakukannya, Allah Azza wa Jalla menulis satu keburukan saja, (HR. Bukhâri dan Muslim 131).
Oleh: Ustaz Abdurrohim Hrp S.Th.I., M.Us. (Penulis buku Mencari Hidayah Tuhan)