أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدَاً رَسُوْلُ اللهِ وَيُقِيْمُوْا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءهَمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلامِ وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللهِ تَعَالَى
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada ilah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, menegakkan sholat, menunaikan zakat, jika mereka melakukan hal itu maka darah dan harta mereka akan dilindungi kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka ada pada Allah Subhanahu wata’ala”, (HR. Bukhari No. 25).
Faedah hadits
1. Siapapun yang mengucapkan kalimat syahadat, harus diakui sebagai muslim, dijaga darah harta dan harga dirinya, tak peduli apapun itikad yang tersembunyi di hatinya.
Rasulullaah Shallallahu’alaihi wasalam berulang ulang menyalahkan tindakan Usamah bin Zaid, yang dalam peperangan sempat membunuh musuh padahal musuh sudah mengucap syahadat, karena diduga kalimat syahadat itu diucapkan sekedar cari selamat dari pedang.
Kata Beliau Shallallahu’alaihi wasalam kepada Usamah: “Kenapa tidak kamu bedah perutnya lalu kamu ketahui isi hatinya?” Artinya, urusan hati biar Allah saja yg menilai, kita hanya boleh melihat dhohirnya saja. (Lihat : HR Muslim 158)
2. Islam tidak memerangi atau membunuh orang kafir untuk memaksa mereka masuk Islam, tetapi Islam memerangi siapapun yang menghalangi dakwah Islam. (Jumhur fuqoha selain syafiiyah)
3. Islam memerangi siapapun yang memerangi Islam baik mereka sudah benar benar datang menyerang kaum muslim, atau baru merencanakan peperangan. Kaum muslim wajib angkat pedang membela diri saat ada serangan, juga boleh memulai serangan ke negeri yg merencanakan serangan. (Imam Al Buthi)
4. Islam berdamai dengan non muslim selama mereka mau menjalin perjanjian damai dan tidak berkhianat.
Seorang musyrikin dari Najed bernama Amir bin Malik datang menemui Rasul Shallallahu’alaihi wasalam meminta agar Rasul Shallallahu’alaihi wasalam mengirim pendakwah mengajarkan Islam kepada kaum mereka.
Menyetujui permintaan ini, tujuh puluh shahabat pilihan yang alim alim, dikirim Rasulullaah Shallallahu’alaihi wasalam. Misinya tidak lain mengenalkan dan mengajarkan Islam kepada ahli Najed.
Ternyata musyrikin Najed bermain licik, 70 shahabat mulia ini dikepung dibunuh semua kecuali satu orang yg berhasil lolos, Amr bin Umayyah Addlomri.
Dalam perjalanan pulang ke Madinah, Amr Addlomri bertemu dua orang musyrik yang diduga komplotan dari Najed. Segeralah ia bunuh keduanya. .
Setiba di Madinah, dia melaporkan kabar ini kepada Rasulullaah Shallallahu’alaihi wasalam dan menceritakan bahwa dua orang yg dia bunuh ternyata bukan kelompok bani Amir dari Najed, melainkan bani Kilab, kelompok musyrikin yang sudah mengikat perdamaian dengan Muslimin.
Mendengar kabar ini Beliau Shallallahu’alaihi wasalam sangat berduka atas wafatnya 70 shahabat yg beliau utus sebagai pendakwah, tetapi juga kecewa atas pembunuhan yang dilakukan sahabatnya terhadap dua orang musyrik.
Jadi kata musyrik pada masa itu menunjuk kelompok penyembah berhala, yang statusnya lebih kafir dari pada kafirin yaitu Yahudi dan Nasrani
Pada kasus pembunuhan ini, Rasullaah Shallallahu’alaihi wasalam membebankan denda (diah qatl) kepada Amr bin Umayyah Adllamri, dua ratus ekor unta. Tetapi, Rasulullaah Shallallahu’alaihi wasalam mengajak penduduk Madinah baik muslim maupun non muslim untuk membantu Amr melunasi denda.
Inilah bukti bahwa Islam mengharamkan pembunuhan terhadap orang kafir selama mereka tidak memerangi Islam. Bahkan menghukum denda kepada muslim untuk diberikan kepada keluarga korban atas kekhilafannya.
Rasul Shallallahu’alaihi wasalam mengumumkan kepada Yahudi Bani Nadhir, kaum yahudi yg tinggal di Madinah dan sudah mengikat perdamaian dengan Muslimin, dan selama ini hidup damai bersodara dengan muslimin sebagai bagian dari rakyat Madinah, agar ikut membantu menyumbangkan hartanya kepada Amr bin Umayyah dalam rangka menyelesaikan denda pembunuhan.
Ternyata, mereka berencana jahat. Salah satu dari mereka hendak naik ke atas rumah, mengangkat batu besar, untuk dijatuhkan tepat mengenai Rasulullaah Shallallahu’alaihi wasalam yang duduk di bawah.
Beruntung Rasul Shallallahu’alaihi wasalam mendapat kabar dari Allah atas rencana jahat ini, beliau bergegas pergi dan menyatakan permusuhan kepada Bani Nadhir. Perjanjian damai dibatalkan dan Bani Nadhir diusir keluar dari negara Madinah.
Atas profokasi dari Abdullah bin Ubai bin Salul (pimpinan orang munafiq, yg mengaku sebagai muslim, bersyahadat, tapi berpihak kepada musuh Islam), menjanjikan bala bantuan 2000 pasukan yang siap membela Bani Nadhir memerangi Muslimin, membuat Bani Nadhir pede, enggan keluar dari Madinah. Meski sebenarnya 2000 pasukan yang dijanjikan Bin Salul hanyalah hoax.
Jihad pun terjadi, Rasul Shallallahu’alaihi wasalam mengumpulkan pasukan besar, mengepung mereka, merusak kebun kebun mereka, mengusir mereka agar segera keluar dari Madinah dengan meninggalkam semua harta benda kecuali yang bisa mereka bawa dengan onta. Tanah dan harta menjadi milik muslim.
Ini bukti bahwa Islam memerangi siapapun yg memerangi Islam, yang menghianati perjanjian damai, meskipun permusuhan mereka baru sebatas rencana yang belum terlaksana. Islam memerangi kaum yang menghianati perjanjian damai meski hanya satu dua orang yang mempelopori penghianatan..
Kaum Najed yang membunuh 70 sahabat nabi, menjadi sasaran serangan berikutnya, pada perang Zatu Riqo.
Abdullah bin Ubay bin Salul tidak dibunuh oleh Rasulullaah Shallallahu’alaihi wasalam, karena dia secara zahir adalah muslim, meski kelakuannya sudah jelas jelas memusuhi Islam, pernah berkata buruk tentang Muhajirin, pernah membangun masjid dhiror sebagai tempat Yahudi memata-matai kaum muslim, dan menjadi dalang ifki tuduhan keji terhadap sayyidah Aisyah.
Perlakuan sikap Rasulullah Shallallahu’alaihi wasalam dan para shahabat kepada orang munafiq tetap sama sebagaimana kepada muslim lainnya.
Sayyidina Umar bin Khatab menawarkan diri agar diizinkan membunuh Abdullah bin Ubay Bin Salul, Rasul Shallallahu’alaihi wasalam tidak mengizinkan.
Bahkan anak kandung dari Abdullah bin Ubay bin Salul, salah seorang shahabat taat, datang kepada Rasul Shallallahu’alaihi wasalam menawarkan diri untuk membunuh ayahnya sendiri, agar bukan orang lain yg membunuh ayahnya. Beliau Shallallahu’alaihi wasalam pun tidak mengizinkan, dan tetap mengangap Abdullah bin salul sebagai muslim.
Bahkan, ketika Abdullah bin Ubay bin salul pimpinan orang munafiq ini meninggal dunia, puteranya yakni Abdullah, meminta kain pakaian Rasulullaah Shallallahu’alaihi wasalam untuk dijadikan kafan ayahnya. Rasulullaah Shallallahu’alaihi wasalam pun dengan rela memberikannya. Roisul munafiqin, pemimpin orang munafiq, dikafankan dengan pakaian Rasulullaah Shallallahu’alaihi wasalam
Ini pelajaran penting agar ummat Islam tidak mudah menuduh sesama muslim sebagai munafiq apapun alasannya apapun buktinya, selama mereka masih membaca kalimat syahadat dan menampakkan keislaman.
Rasulullaah Shallallahu’alaihi wasalam sengaja memberi contoh bagaimana memperlakukan seorang yang jelas jelas munafiq, diperlakukan sama dengan muslim lainnya, demi menutup celah bagi ummatnya dari saling tuduh munafiq, atau saling bunuh sesama muslim hanya gara gara klaim deteksi kemunafikan. [portal islam, Najih Ibn Abdil Hameed]
*