Ada suatu kali pertandingan sepak bola menyisakan duka. Gelandang Dinamo Bucharest asal Kamerun Cameroon baru-baru ini meninggal dunia saat bermain untuk klubnya. Patrick Ekeng menghembuskan nafas terakhir pada usia 26 dan penyebabnya diduga adalah serangan jantung.
Apakah kejadian semacam ini cukup langka? Tergantung seberapa jarang yang disebut langka, Namun, sudah ada beberapa kasus serupa (termasuk di Indonesia) dan setidaknya sudah ada dua pemain Kamerun yang meninggal dunia saat menjalani pertandingan.
16 tahun yang lalu, Liga Indonesia diwarnai duka akibat kejadian ini. Eri Irianto ketika itu bermain untuk Persebaya dan sedang bertanding melawan PSIM (Yogyakarta).
Pada pertandingan di Stadion Gelora 10 Nopember itu, Eri Irianto bertabrakan dengan pemain PSIM asal Gabon, Samson Noujine Kinga. Ia pingsan dan dilarikan ke rumah sakit. Namun, malamnya Eri dinyatakan meninggal dunia karena serangan jantung.
Untuk mengenang Eri, asrama Persebaya kemudian dinamai “Wisma Eri Irianto”. Nomor 19 dipensiunkan setelah kematiannya dan kostum terakhir yang dipakai Eri disimpan di dalam sebuah lemari kaca di asrama Persebaya.
Pemain asal Mali ini tadinya digadang sebagai mesin gol baru untuk Pelita Bandung Raya (PBR). Namun, dalam sesi latihan di Stadion Siliwangi, 27 Juli 2013, Camara meninggal dunia setelah terkena serangan jantung saat latihan bersama tim. Usianya ketika itu baru 27 tahun. Ada 10 kasus kematian pemain sepak bola tahun 2013.
Dari liga Indonesia, tahun 2014 lalu sempat ada kasus yang ramai dibincangkan para pecinta sepak bola Tanah Air. Pemain Persiraja Banda Aceh ini bertubrukan dengan kaki kiper Agus Rohman.
Penanganan lamban tim kesehatan klub dituding sebagai penyebab cedera Fairuz berujung kematian. Pemain muda itu baru dibawa ke rumah sakit setelah pertandingan selesai.
Menurut laporan media setempat, kepala Ortega menabrak dinding beton pembatas antara lapangan dengan tribun penonton. Ia baru sembuh dari operasi tulang tengkorak kepala beberapa pekan sebelumnya. Ortega meninggal dunia sejam setelah menabrak dinding.
Kiper muda dari Australia ini menjadi kasus pertama selama 2016. Penyebabnya sangat tak terduga dan tragis. Kiper yang baru berumur 18 tahun ini langsung kehilangan kesadaran karena disambar petir ketika sedang meninggalkan lapangan latihan, 5 April 2016. Ketika itu ada pemain kedua, Muhd Afiq Azuan, yang juga tersambar petir, namun pemain berumur 21 tahun itu akhirnya sadar kembali.
Tepat sehari setelah kasus Ekeng, seorang pemain Brasil juga meninggal dunia di lapangan. Mantan pemain Newcastle Jets FC kurang beruntung ketika berkelana bermain di liga Australia dan Finlandia. Ribeiro lalu pulang ke Brasil.
Saat meninggal dunia, ia sedang bermain untuk Friburguense AC. Usianya juga 26 tahun, sama dengan Ekeng. Penyebabnya diduga serangan jantung.
Ia sempat ditangani tim dokter di lapangan termasuk bantuan pernapasan dan oksigen. Namun, pemain Manchester City itu tak terselamatkan. RC Lens yang pernah dibelanya langsung memensiunkan nomor 17, sedangkan Man. City memensiunkan nomor 23.