Masih ingatkah kita, di tahun 2007 dalam acara pembukaan Forum Pertukaran Pemuda Jepang-ASEAN di Tokyo. Malaysia menyanyikan sebuah lagu daerah Indonesia yang berjudul Rasa Sayange bahkan telah dijadikan jingle dalam iklan pariwisata Malaysia. Tahun 2010 Malaysia telah mengklaim angklung sebagai salah satu alat musik warisan budayanya, bahkan di tahun 2012 Malaysia mengklaim bahwa tari tor-tor dan alat musik gordang sambilan merupakan peninggalan warisan nasional Malaysia. Bukan itu saja, batik, rendang, reog panorogo dan masih banyak lainnya budaya dan harta pusaka milik Indonesia yang telah diklaim oleh bangsa Malaysia. Hal ini sangatlah mencemaskan dan harus ditangani agar tidak banyak lagi warisan budaya bangsa Indonesia yang diklaim oleh negara-negara asing lainnya.
Salah satu cara yang bisa kita lakukan yaitu mengembangkan potensi budaya literasi (membaca dan menulis) generasi bangsa Indonesia. Namun, realita saat ini menunjukkan budaya literasi masyarakat Indonesia masih sangat rendah. Dari hasil penelitian Programme For Internasional Student Assesment (PISA) yang melakukan penelitian setiap tiga tahun sekali menyebutkan bahwa di tahun 2012 kondisi literasi Indonesia berada di urutan ke 64 dari 65 negara. Dan di tahun 2015 dari hasil tes PISA juga menunjukkan peringkat ke 61 dari 69 negara. Meskipun ada kenaikan, namun masih dikategorikan pada kelompok rendah. Dan data UNESCO juga mengumumkan hasil survei pada minat baca masyarakat Indonesia baru 0,001 persen. Artinya, dalam seribu masyarakat hanya ada satu masyarakat yang memiliki minat baca. Fakta ini sangatlah miris bagi kita sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjaga negeri ini.
Pastilah kita tidak ingin kehilangan banyak lagi harta bangsa yang secara turun temurun telah diwariskan dari nenek moyang kita. Salah satu cara yang harus kita lakukan adalah meningkatkan budaya literasi. Biasakan membaca setiap hari walau hanya lima menit dan biasakan menulis walau hanya beberapa kalimat. Membaca dan menulis sangatlah berguna untuk menggali lagi kekayaan harta pusaka Indonesia yang masih banyak tersimpan dan belum terjamah. Literasi menjadi penentu daya saing bangsa. Mari kita tingkatkan agar menaikkan harkat dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia dan menyelamatkan harta warisan negeri ini.
Oleh: Ida Rahmadani Siregar, M.Pd.
Guru Bahasa Indonesia SMA YPSA